1.
Perumusan Masalah
Wanita
berpakaian tidak menentu. Kurang bahan, terlalu tipis bahan, Berleher rendah,
dadanya kelihatan. Sempit, menerawang, ketat sehingga memperlihatkan lekuk
tubuh. Hal ini sama dengan merendahkan martabat kewanitaan mereka. Cara
berpakaian sangat menentukan peranan penting karena dengan pakaian dapat
dibedakan dengan non muslim lainnya. Dengan pakaian akan mempengaruhi persepsi
orang yang akan melakukan tindakan penyimpangan. Dari pakaian akan banyak
timbul permasalahan jika kita tidak pandai menyikapinya. Mencegah selalu lebih
baik daripada mengobati.
2.
Forecasting
Pengaruh
globalisasi dan perkembangan mode mempengaruhi gaya berpakaian. Jika penanaman
karekter lemah maka akan tereksploitasi sebagai korban perkembangan zaman.
Budaya ketimuran semakin ditinggalkan. Sehingga peluang tindakan penyimpangan
lebih besar terjadi. Identitas Islam semakin lama akan tergerus oleh zaman jika
pakaian kita tidak menunjukkan siapa kita.
3.
Rekomendasi Kebijakan
a. Memberikan
pendidikan dan pemahaman agama dengan baik dan benar sejak dini
b. Mengawasi
setiap tindakan anak/memantau teman sepermainan
c. Memberikan
contoh dalam bersikap, bertutur kata ataupun barbusana
d. Menempatkan
pendidikan disekolah yang memegang prinsip Islam (madrasah/pondok pesantren)
e. Memberikan/membelikan
pakaian yang syar’i, dan mewanti-wanti agar selalu berpakaian syar’i
f.
Menetapkan aturan ketat dalam berpakaian
dan keluar rumah
4.
Monitoring Kebijakan
Kendala-kendala
a. Perkembangan
mode yang pesat yang didominasi oleh pakaian non syar’i
b. Sekolah/universitas
tidak sepenuhnya memiliki pelajar muslim sehingga teman yang non memiliki
pengaruh pada pelajar muslim dalam pergaulan sehari-hari
c. Sekolah
tidak sepenuhnya menerapkan aturan pakaian syar’I dikarenakan beberapa alasan
(ekstrakulikuler, ribet berkendara, dst.)
d. Lingkungan
pergaulan yang cenderung beranekaragam
e. Peran
teman yang sangat berpengaruh pada masa remaja dan dewasa. Orang tua sedikit
tergeser posisinya dari anak. Karena orangtua sibuk kerja. Sehingga anak lebih
nyaman dengan teman sebaya.
f.
Indonesia multi budaya dan agama
sehingga menuntut toleransi yang bisa jadi membinasakan diri
Jika
pakaian syar’I ditetapkan maka tindakan orang diharapkan sesuai dengan
pakaiannya. Dengan berpakaian yang baik dan benar hidup akan menjadi lebih indah
karena tidak perlu was-was terjadi apa-apa ketika diluar rumah. Dilihat anggun
dan menujukkan jatidiri seorang muslimah.
5.
Evaluasi Kebijakan
Kebijakn dalam rumah bisa jadi luntur karena
kerasnya budaya pergaulan remaja kini. Beberapa santri eks pondok, ketika
keluar pondokpun pakaiannya terkadang jauh dari kata syar’i. pihak
sekolah/universitaspun juga tidak mampu memberikan peraturan yang benar-benar
ketat. Di kampus hanya beberapa dosen saja yang benar-benar menggunakan aturan
itu. Aturan telah dibuat. Namu pelaksanannya yang kurang. Berpakaian syar’I akn
bisa terlaksana jika dimulai dari keluarga. Dan keluarga benar-benar memegang
teguh prinsip pakaian syar’i. terkecuali di pondok yang benar-benar pondok.
Pondok memiliki aturan yang sangat ketat dibandingkan sekolah maupun
universitas. Maka jika ingin pakaian syar’I ini ditegakkan diindonesia yang
mayoritas masyarakatnya muslim, maka sistim pendidikan dalam berpakaian harus
dimulai dari pihak keluarga, sekolah, dan universitas sebagai institusi
pendidikan. Kebijakan dakwah dimulai dari orang-orang terdekat yakni keluarga,
teman dan baru melingkupi masyarakat umum. Namun jika dakwah dipegang oleh pihak
yang berkepentingn langsung maka kegiatan dakwah akan lebih mudah diterima
masyarakatluas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar