Laman

Selasa, 13 Januari 2015

Pakaian syar'i




1.      Perumusan Masalah
Wanita berpakaian tidak menentu. Kurang bahan, terlalu tipis bahan, Berleher rendah, dadanya kelihatan. Sempit, menerawang, ketat sehingga memperlihatkan lekuk tubuh. Hal ini sama dengan merendahkan martabat kewanitaan mereka. Cara berpakaian sangat menentukan peranan penting karena dengan pakaian dapat dibedakan dengan non muslim lainnya. Dengan pakaian akan mempengaruhi persepsi orang yang akan melakukan tindakan penyimpangan. Dari pakaian akan banyak timbul permasalahan jika kita tidak pandai menyikapinya. Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
2.      Forecasting
Pengaruh globalisasi dan perkembangan mode mempengaruhi gaya berpakaian. Jika penanaman karekter lemah maka akan tereksploitasi sebagai korban perkembangan zaman. Budaya ketimuran semakin ditinggalkan. Sehingga peluang tindakan penyimpangan lebih besar terjadi. Identitas Islam semakin lama akan tergerus oleh zaman jika pakaian kita tidak menunjukkan siapa kita.
3.      Rekomendasi Kebijakan
Sebagai keluarga muslim yang harus dilakukan adalah
a.       Memberikan pendidikan dan pemahaman agama dengan baik dan benar sejak dini
b.      Mengawasi setiap tindakan anak/memantau teman sepermainan
c.       Memberikan contoh dalam bersikap, bertutur kata ataupun barbusana
d.      Menempatkan pendidikan disekolah yang memegang prinsip Islam (madrasah/pondok pesantren)
e.       Memberikan/membelikan pakaian yang syar’i, dan mewanti-wanti agar selalu berpakaian syar’i
f.        Menetapkan aturan ketat dalam berpakaian dan keluar rumah
4.      Monitoring Kebijakan
Kendala-kendala
a.       Perkembangan mode yang pesat yang didominasi oleh pakaian non syar’i
b.      Sekolah/universitas tidak sepenuhnya memiliki pelajar muslim sehingga teman yang non memiliki pengaruh pada pelajar muslim dalam pergaulan sehari-hari
c.       Sekolah tidak sepenuhnya menerapkan aturan pakaian syar’I dikarenakan beberapa alasan (ekstrakulikuler, ribet berkendara, dst.)
d.      Lingkungan pergaulan yang cenderung beranekaragam
e.       Peran teman yang sangat berpengaruh pada masa remaja dan dewasa. Orang tua sedikit tergeser posisinya dari anak. Karena orangtua sibuk kerja. Sehingga anak lebih nyaman dengan teman sebaya.
f.        Indonesia multi budaya dan agama sehingga menuntut toleransi yang bisa jadi membinasakan diri
Jika pakaian syar’I ditetapkan maka tindakan orang diharapkan sesuai dengan pakaiannya. Dengan berpakaian yang baik dan benar hidup akan menjadi lebih indah karena tidak perlu was-was terjadi apa-apa ketika diluar rumah. Dilihat anggun dan menujukkan jatidiri seorang muslimah.
5.      Evaluasi Kebijakan
Kebijakn dalam rumah bisa jadi luntur karena kerasnya budaya pergaulan remaja kini. Beberapa santri eks pondok, ketika keluar pondokpun pakaiannya terkadang jauh dari kata syar’i. pihak sekolah/universitaspun juga tidak mampu memberikan peraturan yang benar-benar ketat. Di kampus hanya beberapa dosen saja yang benar-benar menggunakan aturan itu. Aturan telah dibuat. Namu pelaksanannya yang kurang. Berpakaian syar’I akn bisa terlaksana jika dimulai dari keluarga. Dan keluarga benar-benar memegang teguh prinsip pakaian syar’i. terkecuali di pondok yang benar-benar pondok. Pondok memiliki aturan yang sangat ketat dibandingkan sekolah maupun universitas. Maka jika ingin pakaian syar’I ini ditegakkan diindonesia yang mayoritas masyarakatnya muslim, maka sistim pendidikan dalam berpakaian harus dimulai dari pihak keluarga, sekolah, dan universitas sebagai institusi pendidikan. Kebijakan dakwah dimulai dari orang-orang terdekat yakni keluarga, teman dan baru melingkupi masyarakat umum. Namun jika dakwah dipegang oleh pihak yang berkepentingn langsung maka kegiatan dakwah akan lebih mudah diterima masyarakatluas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar